Sabtu, 27 November 2010

Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
DAN PENERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN

Karakteristik manusia masa depan adalah manusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab, terhadap resiko dalam mengambil keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri dan menjadikan diri sendiri yang disebut dengan suatu proses (to) learn to be. Mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan kompleks bagi kelestarian dan kajayaan bangsanya (Raka joni, 1990).
Karakteristik manusia masa depan memiliki kepekaan,kepekaan berarti ketajaman baik dalam arti kemampuan berpikirnya, maupun kemudahan tersentuh hati nuraninya di dalam melihat dan merasakan segala sesuatu, mulai dari kepentingan orang lain sampai dengan kelestarian lingkungan. Kemandirian, berarti kemampuan menilai proses dan hasil berpikir orang lain, serta keberanian bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya benar dan perlu. Tanggung jawab, berarti kesediaan untuk menerima segala konsekuensi keputusan serta tindakan sendiri. Kolaborasi, berarti di samping mampu berbuat yang terbaik bagi dirinya sendiri, individu dengan ciri-ciri di atas juga mampu bekerja sama dengan individu lainnya dalam meningkatkan mutu kehidupan bersama.
Student active learning atau pendekatan cara belajar siswa aktif di dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang mengakui sentralitas peranan siswa di dalam proses belajar, adalah landasan yang kokoh bagi terbentuknya manusia-manusia masa depan yang diharapkan. Langkah strategis bagi perwujudan tujuan di atas adalah adanya layanan ahli kependidikan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi.
Pengetahuan seseorang merupakan konstruksi dari dirinya. Menurut pendekatan konstruktivistik, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman,maupun lingkungannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses mengontruksi pengetahuan adalah kontruksi pengetahuan seseorang telah ada, domain pengalaman dan jaringan struktur kognitif yang dimilkinya. Proses dan hasil kontruksi pengetahuan seseorang akan menjadi pembatas kontruksi pengetahuan yang akan datang. Pengalaman akan fenomena yang baru menjadi unsur penting dalam membentuk dan mengembangkan pengetahuan.
Pandangan kontruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya. Lingkungan belajar sangat munculnya berbagai pandangan dan interprestasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan serta aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Paradigma kontruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam belajar kontruktivistik guru berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar guru membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Pendekatan kontrutivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar